Reformasi Pendidikan: Harapanku, Harapanmu dan Harapan Kita Semua (bangsa)

Hal yang terbesik di pikiranku ketika mendengar kata pendidikan adalah proses pembelajaran yang dirancang guna menciptakan suasana belajar yang dapat mengantarkan siswa sampai pada tujuan pembelajaran. Sebagai seorang calon pendidik, itu adalah definisi pendidikan menurut saya. Definisi sempit yang kami dapatkan dari menempuh kuliah di universitas keguruan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Ini adalah definisi pendidikan menurut Undang Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003. Namun, secara singkatnya pendidikan adalah alat untuk merekayasa suatu bangsa dan ini adalah definisi pendidikan yang saya dapatkan dari Pak Anis Baswedan saat membawakan materi di Forum Indonesia Muda 15. Sebuah kesyukuran karena saya bisa hadir berada di tengah-tengah forum ini dan bisa bertemu dengan beliau yang sekarang menjadi salah satu sosok yang saya idolakan.

Sudah lama momen ini saya dambakan ingin bertemu dengan beliau dan belajar banyak darinya. Jujur saja, dulu saya tidak begitu interest dengan beliau. Beliau bukanlah orang yang basicnya dosen pendidikan dan berani ngomong masalah pendidikan. Namun faktanya, beliau berhasil menyelesaikan masalah pendidikan yang luput dikerjakan oleh para pemerintah dan pendidik kita. Bukan hanya sekedar teori belaka, beliau berani kerja konkret atas permasalahan yang ada di bidang pendidikan yang berkat inisiatifnya sehingga saat ini banyak program-program pendidikan yang bermunculan mulai dijalankan pemerintah yang mirip dengan program yang digagas oleh beliau.

Saya pun baru tau tentang beliau ketika menjadi pembawa acara dalam debat presiden tahun 2009.  Semakin hari, sepak terjang beliau di kancah nasional semakin kentara khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam kegiatan forum Indonesia Muda yang saya ikuti, saat ini yang menjadi topik pembicaraan menarik sebagian besar orang Indonesia adalah sumber daya alam, sedangkan hanya segilintir orang yang fokus untuk menyelesaikan masalah Sumber Daya Manusia. Padahal Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar dalam sumber daya manusianya. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk 2010 mencapai 237,6 juta jiwa dengan jumlah pemuda mencapai 40,8 juta orang atau 17 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Tentu saja tahun ini jumlahnya akan semakin bertambah.

Jumlah penduduk yang sebesar itu adalah tantangan dan peluang tersendiri buat bangsa. Ketika bangsa mampu mengolah sumber daya lebih baik, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar. Sebaliknya, jika bangsa ini tidak berhasil mengembangkan sumber daya manusianya dengan sebaik-baiknya, maka petaka juga buat bangsa kita. Bangsa kita akan kembali lagi ke jaman penjajahan dengan versi berbeda.

Tentunya dalam upaya mengatasi hal tersebut, pendidikan merupakan dapur yang manjur dalam mempersiapkan sumber daya manusia kita. Pendidikan adalah ujung tombak dalam pembangunan bangsa ini. Namun, ternyata di Indonesia masih sangat banyak permasalahan yang ada saat ini. Hal ini karena mindset yang seolah tumbuh dari masyarakat akibat pola budaya pengajar dan setting pemerintah yang hanya menfokuskan pada kelengkapan tataran administrasi pendidik, penilaian yang hanya bersifat kuantitatif, generalisasi kemampuan anak padahal setiap anak itu memiliki keistimewaan tersendiri, pandangan bahwa biaya pendidikan berbanding lurus dengan kualitas sehingga menyebabkan banyak kekacuan mengenai orientasi pendidikan kita saat ini yang semakin tidak jelas.

Akibat dari disorientasi pendidikan yang tidak jelas di Indonesia menyebabkan lahirnya manusia-manusia robot yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Padahal pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah pembebasan. Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value, transfer of culture dan transfer of religius yang semoga diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri dan inilah yang terlupakan dari sistem pendidikan kita saat ini.

Pendidikan adalah sebuah masalah yang dihadapi Indonesia saat ini karena melihat fakta pelaksanaan pendidikan kita saat ini yang masih jauh dari harapan. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, dosen pendidikan, guru, tapi pendidikan adalah tanggung jawab kita semua. Inilah yang baru ku sadari dan telah disadari oleh pak Anis Baswedan. Walaupun beliau basicnya bukan sarjana pendidikan tapi beliau sadar betul mengenai masalah yang dihadapi Indonesia saat ini dan langsung take do action. Itulah nilai lebih beliau sehingga beliau menjadi salah satu sosok yang saya kagumi. Sayangnya waktu pelaksanaan Forum Indonesia Muda 15 saya tidak mendapatkan kesempatan bertanya kepada beliau walaupun dengan semangatnya sampai lompat-lompat hanya untuk menarik perhatian moderator, tapi tetap saja tidak mendapatkan bagian. Apalagi bonus yang didapatkan ketika kita bertanya adalah dapat foto bersama dengan pemateri dan itu yang saya inginkan. Foto bareng dengan orang yang diidolakan. Hehehe *curcol

Ketika saya melihat profil Gerakan Indonesia Mengajar yang digagas oleh pak Anis Baswedan, saya mulai melihat harapan itu. Gerakan Indonesia Mengajar adalah salah satu program yang digagas oleh beliau dan telah menjadi inspirasi bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia. Program ini dilaksanakan dengan mengirim generasi muda terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai Pengajar Muda di Sekolah Dasar dan masyarakat selama satu tahun untuk menginspirasi dan sebagai gerakan untuk mengajak masyarakat untuk bersama membangun negeri ini. Konsep pendidikan yang dibawa pun sederhana, sesuai dengan hakikat dari pendidikan itu sendiri guna menciptakan masyarakat mandiri yang berperan aktif dalam pembangunan bangsa.

Pengajar dan peserta didik adalah variabel penting dalam penentuan kualitas pendidikan. Pengajar adalah variabel independen yang akan memengaruhi variabel dependen yaitu peserta didik. Tantangan menjadi seorang pengajar adalah harus dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya dan harus senantiasa meningkatkan kualitas dirinya. Karena seorang pengajar bukan hanya sekedar memberikan ilmu, tetapi menyisipkan nilai, dan budaya yang akan ditanamkan kepada siswanya untuk membentuk karakternya. Seperti kata pepatah, guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Apapun yang dilakukan seorang pengajar akan memengaruhi sikap peserta didik kita. Sayangnya, para pendidik saat ini masih banyak yang belum menyadari bahkan lebih fokus pada tuntutan materi hidupnya ketimbang tuntutan profesi untuk meningkatkan kualitas manusia.

Menjadi pengajar memang tidak mudah tapi sangat indah. Pengajar sejatinya adalah pahlawan pendidikan masa kini karena merekalah tumpuan dalam upaya penyelamatan bangsa di bidang pendidikan. Saya ingin menjadi seorang pengajar. Namun bukan sekedar pengajar biasa, pengajar baik, tapi ingin menjadi pengajar yang inspiratif. Perbedaan mendasar guru baik dan guru inspiratif adalah guru baik hanya dapat kita kenang sebagai salah satu orang baik dalam hidup kita, sedangkan guru inspiratif adalah guru yang dapat kita kenang sebagai orang yang mengubah kita menjadi lebih baik. Saya berharap dapat menjadi pasukan pak Anis Baswedan dalam Gerakan Indonesia Mengajar nantinya. Itulah saat beliau selesai membawakan materi di Forum Indonesia Muda 15, saya langsung menghampiri beliau dan berkata “Pak, Insya Allah saya akan menjadi Pengajar Muda Indonesia”. Doakan saya semoga impian ini bisa saya wujudkan mengingat proses seleksi untuk mengikuti kegiatan ini amatlah susah.